BAB II
Selintas Tentang Filsafat Ilmu
A.
Pengantar
Francis Bacon dengan metode induksi
(khusus ke umum), dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam
bidang filsafat secara umum. Perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi
ilmu mulai mengedepankan tatkala ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK)
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini ada semacam kekhawatiran di
kalangan para ilmuwan dan filsuf. Termasuk juga kalangan aagamawan, bahwa
kemajuan Iptek dapat mengancam eksintensi umat manusia. Bahkan alam beserta
isinya. Maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan
fungsi Iptek sesuai dengan tujuan semula.
B.
Objek
Material dan Formal Filsafat Ilmu
Semuaa ilmu harus mempunyai objek
material, dan objek formal. Begitupun dengan filsafat ilmu. Objek material atau
pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu ilmu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Prasyarat aktivitas ilmiah
seorang ilmuwan. Meliputi antara lain: pertama prosedur ilmiah, kedua
metode ilmiah, ketiga diakui secara akademis, keempat kejujuran, kelima
mempunyai rasa ingin tahu.
Objek formal filsafat ilmu adalah
hakikat (esensi) ilmu ppengetahua, artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan.
Landasan ontologis pengembangan ilmu
artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan
pendirian filosofis yang memiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap filosofis secara
garis besar dapat dibedakan ke dalam dua
mainstreem. Yaitu: materialisme, suatu pandangan metafisik yang
menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Yang kedua
spiritualisme, pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam
adalah roh.
Landasan epistemologi, juga di bagi
menjadi dua kelompok, yaitu siklus empirik untuk ilmu-ilmu kealaman, dan metode
linier untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora. Cara kerja metode siklus empirik
meliputi observasi, penerapan metode siklus empirik meliputi observasi,
penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi (percobaan). Cara kerja
metode linier, meliputi: persepsi, kemudian disusun, akhirnya dilakukan
prediksi.
Aksiologis adalah ilmu merupakan
sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam
kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
C.
Pengertian
filsafat ilmu
Ada berbagai definisi filsafat ilmu
yang dihimpun oleh The Liang Gie, yaitu:
1.
Robert
Ackermann: Filsafat Ilmu adalah sebuah
tinjauan kritis untuk membandingkan dengan hal yang lain.
2.
Cornelius
Benjamin: Filsaafat Ilmu merupakan cabang
peengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu.
3.
May
Brodbeck: Filsafa Ilmu sebagai analisis yang
netral secara etis dan filsafati.
Cakupan yang dibahas di dalam
filsafat ilmu, antara lain: (1) perbandingan kritis sejarah perkembangan ilmu,
(2) sifat dasar ilmu pengetahuan, contohnya exsak yaitu pasti, dan sosial yaitu
relatif, (3) metode ilmiah, (4) praanggapan-praanggapan ilmiah, (5) sikap etis
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sejarah perkembangan ilmu memaparkan
berbagai topik yang diperbincangkan yang sedang berkembang di seputar
temuan-temuan ilmiah sesuai dengan periodesasi-periodesasi. Ilmu itu sangat
relatif apa yang anda pelajari saat ini belum tentu benar pada masa yang akan
datang karena mengalami pergeseran paradigma. Kuhn bahkan menegaskan terjadinya
revolusi sains yang didukung oleh penemuan paradigma baru dalam bidang ilmu
tertentu, sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat.
D.
Tujuan
dan implikasi filsafat ilmu
1.
Tujuan
filsafat ilmu
Pertama sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, usaha mereflesi, menguji, mengkritik
asumsi dan metode keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran
logis terhadap metode keilmuan.
2.
Implikasi
Mempelajari Filsafat Ilmu
a.
Bagi
seeseorang mempelajaari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yng memadai
tentang ilmu, supaya para ilmuwan mmiliki landasan berpijak.
b.
Menyadarkan
seoarang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang
ada di luar dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar