Minggu, Desember 20

perasaan dan emosi

Setiap hari manusia tak lepas dengan yang namanya emosi dan perasaan. Sebab setiap orang saya yakin bahwasannya mempunyai sebuah emosi dan perasaan. Adapun dalam detiknya, menitnya perasaan emosi seseorang berubah-ubah. Wajar jika seperti iyu karena itu sifat asli manusia, apalagi dengan perempuan. Karena permpuan lebih mengedepankan aspek perasaan dari pada laki-laki. Dan laki-laki lebih mengedepankan aspek logikanya. Bukan berarti perempuan tidak memperdulikan logikanya atau sebaliknya dengan laki-laki tidak memperdulikan aspek perasaannya. Tapi disini saya tidak membahas kenapa laki-laki dengan logikanya, dan mengapa perampuan dengan perasaannya. Mungkin akan tulis itu di lain waktu.
Disini saya akan sedikit membahas yang namanya perasaan dan emosi. Karena perasaan dan emosi sangat sulit debedakan jika dilihat secara sekilas. Padahal banyak perbedaan diantara keduanya. Ada perbedaan pastilah ada juga dengan persamaan diantara keduanya. Perbedaan dan persamaan Itu sudah seperti dua sisi kembar yang selalu melekat dalam setiap kata-kata. Kembali ke emosi dan perasaan dalam ranah ini studi-studi kasus, teori-teori, jurnal-jurnal, banyak yang sudah menliti tentang keduanya. Mungkin dalam penjelasan ini tidak segamblang teori-teori, jurnal-jurnal itu. Karena, di atas sudah saya singgung bahwasannya saya hanya  sedikit membahasnya. Tapi saya tidak akan lupa menerangkan secara gamblang perbedaan dan persamaan dianatara keduanya. Dengan begitu harapannya penulis terhadap pembaca mengerti secara umum bagaimana itu emosi, dan bagaimana itu perasaan.
Dalam tulisan ini penulis terlebih dulu membahas emosi, karena emosi itu lebih tampak dari pada perasaan. Dalam bukunya Paul Ekman membagi 6 emosi dasar yaitu, senang, bahagia, sedih, jijik, takut, marah, dan terkejut. Sehingga emosi itu lebih tampak dari pada perasaan. Emosi juga mudah diamati sehingga banyak penelitian-penelitian tentang emosi. Sedangakan perasaan disini adalah suatu keadaan yang belum termanifestasi dengan perilaku. Jadi perasaan hanyalah sebatas angan-angan yang keluar di dalam hati setiap manusia. Mungkin secara garis besar keduanya sudah tampak perbedaannya, sedangkan  persamaannya terletak pada sebuah keinginan perasaan dan bentuk emosinya. Seperti halnya perasaan merasa senang lalu di manifestasikan dengan rasa emosi yang ceria.
Manusia sebagai makhluk sosial haruslah pintar-pintar mengontrol emosi dan perasaan. Karena dengan itu manusia lebih dapat leluasa dalam bersosialisasi. Bayangkan jika anda mudah bergaul kepada setiap orang di sekitar anda, pasti anda akan lebih banyak teman, lebih disukai teman. Jika anda dapat mengontrol emosi dan perasaan lebih bagus lagi, anda tidak akan susah payah untuk mengendalikan forum semisal anda menjadi pembawa acara, moderator dalam diskusi, dan masih banyak lagi
Manusia boleh fokus terhadap kecerdasan secara intelektual, tapi hal seperti itu tak luput atau tak bisa keluar dengan yang namanya emosi dan perasaan. Karena, emosi dan perasaan adalah subangsih pertama dalam mendapatkan keinteletualan atau kecerdasan dalam ranah ilmu pengetahuan itu. Emosi dan perasaanlah yang sangat membedakan manusia dengan suatu karya yang diciptakannya, seperti contohnya tulisan ini tidak akan bisa mempunyai emosi dan perasaan baik atau jeleknya, tapi penulis atau pembacalah yang lebih tahu bagaimana dengan tulisan ini.
Setiap orang pasti mempunyai perilaku, kepribadian, tingkah laku, sifat, emosi dan perasaan sendiri-sendiri. Mana mungkin manusia mempunyai semua hal itu sama dengan individu yang lain. contohnya si A mempunyai sifat penakut, pasti saat si A diusilin temannya emosi atau perasaan yang dimunculkan itu takut. lalu apakah si B juga punya emosi dan perasaan yang sama seperti si A. Padahal si B mempunyai sifat yang suka marah, pasti berbeda. Maka dari itu manusia itu memang unik kalau di inpretasikan secara individual.

Beragam cara mengetahui emosi seseorang, dengan cara memperhatikan micro expresi  dari wajah, sikap bahu, sikap kepala, sikap lengan, sikap kaki dan sikap badan seseorang. Jadi dengan cara itu  pengamat bisa mengetahui beberapa gerak gerik dari seseorang yang di amati. Dengan adanya itu juga memudahkan pengamat untuk mengetahui bagaimana emosi yang dialami seseorang saat itu. Namun cara itu masih sulit bila diterapkan terhadap sebuah perasaan, karena perasaan belum di wujudkan dengan sebuah gerakan maupun ekspresi, karena perasaan masih dalam angan-angan seseorang.
Share:

Minggu, Desember 13

lanjutan tugas Filsafat Ilmu 2

BAB II
Selintas Tentang Filsafat Ilmu
A.    Pengantar
Francis Bacon dengan metode induksi (khusus ke umum), dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam bidang filsafat secara umum. Perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi ilmu mulai mengedepankan tatkala ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini ada semacam kekhawatiran di kalangan para ilmuwan dan filsuf. Termasuk juga kalangan aagamawan, bahwa kemajuan Iptek dapat mengancam eksintensi umat manusia. Bahkan alam beserta isinya. Maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi Iptek sesuai dengan tujuan semula.
B.     Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu
Semuaa ilmu harus mempunyai objek material, dan objek formal. Begitupun dengan filsafat ilmu. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu ilmu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Prasyarat aktivitas ilmiah seorang ilmuwan. Meliputi antara lain: pertama prosedur ilmiah, kedua metode ilmiah, ketiga diakui secara akademis, keempat kejujuran, kelima mempunyai rasa ingin tahu.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu ppengetahua, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan.
Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang memiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua  mainstreem. Yaitu: materialisme, suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Yang kedua spiritualisme, pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh.
Landasan epistemologi, juga di bagi menjadi dua kelompok, yaitu siklus empirik untuk ilmu-ilmu kealaman, dan metode linier untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora. Cara kerja metode siklus empirik meliputi observasi, penerapan metode siklus empirik meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi (percobaan). Cara kerja metode linier, meliputi: persepsi, kemudian disusun, akhirnya dilakukan prediksi.
Aksiologis adalah ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
C.     Pengertian filsafat ilmu
Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie, yaitu:
1.      Robert Ackermann: Filsafat Ilmu adalah sebuah tinjauan kritis untuk membandingkan dengan hal yang lain.
2.      Cornelius Benjamin: Filsaafat Ilmu merupakan cabang peengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu.
3.      May Brodbeck: Filsafa Ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati.
Cakupan yang dibahas di dalam filsafat ilmu, antara lain: (1) perbandingan kritis sejarah perkembangan ilmu, (2) sifat dasar ilmu pengetahuan, contohnya exsak yaitu pasti, dan sosial yaitu relatif, (3) metode ilmiah, (4) praanggapan-praanggapan ilmiah, (5) sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sejarah perkembangan ilmu memaparkan berbagai topik yang diperbincangkan yang sedang berkembang di seputar temuan-temuan ilmiah sesuai dengan periodesasi-periodesasi. Ilmu itu sangat relatif apa yang anda pelajari saat ini belum tentu benar pada masa yang akan datang karena mengalami pergeseran paradigma. Kuhn bahkan menegaskan terjadinya revolusi sains yang didukung oleh penemuan paradigma baru dalam bidang ilmu tertentu, sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat.
D.    Tujuan dan implikasi filsafat ilmu
1.      Tujuan filsafat ilmu
Pertama sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, usaha mereflesi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
2.      Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu
a.       Bagi seeseorang mempelajaari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yng memadai tentang ilmu, supaya para ilmuwan mmiliki landasan berpijak.

b.      Menyadarkan seoarang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.
Share:

tugas Filsafat Ilmu

Latar Belakang
            Mata kuliah filsafat ilmu yang di ampu oleh dosen atau beliau Dr. Ngainun Na’im, S.Ag, M.HI. Untuk kali ini tugas yang sangat mengejutkan, yaitu menulis dan membuat blog. Untuk mata kuliah ini semua mahasiswa khususnya kelas kami  wajib menggunakan blog dan kita diwajibkan menulis. Dengan begitu beliau memberi tugas perkuliahan dengan membaca buku, meresumnya dan di tulis ke dalam blog. Buku yang di baca lalu di resum itu sudah jelas terkait dengan filsafat ilmu, yaitu bukunya  Drs. Rizal Mustansyir M. Hum, dan Drs. Misnal Munir M. Hum. Yang berjudul “ Filsafat Ilmu”, cetakan ke X, September 2010, yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar dari Yogyakarta. Setelah di resum kami masukan ke dalam blog kami, lalu alamat blog kami diserahkan ke beliau untuk di cek.
Semakin terasa sekarang dengan membaca, dan juga menulis semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang di serap. Seperti halnya yang sudah di bahas di dalam forum waktu perkuliahan  pak Ainun Naim menjelaskan tiga teknik untuk merubah atau bisa disebut kunci untuk maju. Pertama, dengan menyerap ilmu pengetahuan dengan cara membaca, dan menulis. Kedua, transfer ilmu yang di dapat melalui media sosial, koran, majalah, sampai ke buku, ketiga, kreatif atau banyak ide dengan banyak membuat karya-karya tulis maupun mencari yang beda dari yang lain.

Dalam tujuan perkuliahan ini kita sebagai mahsiswa yang aktif harus dapat mengubah tingkah laku atau sikap kita, bertambah wawasan dalam segi kognitifnya, dan pergerakan kita juga harus semakin baik.. dengan ini saya khususnya telah banyak berterimakasih kepada beliau yang telah memberikan wawasannya kepada kami, betapa pentingnya menulis dan membaca. Semoga kami tidak berhenti di sini untuk menulis dan membacanya. Semoga ini  sebagai acuan atau motivasi kita untuk kedepannya nanti. Amiinn....
BAB I
Pengenalan Ilmu Filsafat
A.    Penganatar
Filsafat adalah disiplin ilmu yang terkait dengan kebijaksanaan. Agar dapat menjadi manusi a bersikap dan bertindak atas dasar ertimbangan (actus humanis), bukan hanya asal bertindak (actus homini). Beberapa langkah menuju kearah bijaksanaan, antara lain:
1.      Bersikap kritis misalnya mereflesikan secara kritis norma-norma adat, hukum, etis, bahkan agama yang selama ini sudah kita yakini kebenarannya.
2.      Dapat memadukan sains dan pengalaman
3.      Mempelajari dan mencermati jalan pemikiran filsuf
4.      Menulusuri hikmah-hikmah dalam ajaran agama
B.     Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologi aitu berasal dari 2 kata yaitu philos yang artinya suka atau cinta, dan shopia yang mengartikan kebijaksanaan. Jadi, filsafat dapat diartikan cinta atu kecenderungan pada kebijaksanaan.
C.     Ciri-ciri berpikir kefilsafatan
Ciri berpikir dalam kefilsafatan mempunyai karateristik tersendiri dari ilmu-ilmu lain. beberapa cirii berpikir filsafat.
1.      Radikal berpikir sampai ke akar-akarnya , maksudnya sampai ke dalam atau ke dasar cara berpikirnya.
2.      Universal pengalaman umum manusia.
3.      Konseptual yaitu berpikir abstrak pengalaman manusia, contohnya siapa aku? Apa arti kebenaran itu?
4.       Koheren yang berpikir logis, dan konsisten tidak mengandung kontradiksi.
5.      Sistematis saling berhubungan
6.      Komprehensif adalah berpikir secara menyeluruh.
7.      Bebas dalam artian berpikirnya itu bebas, tidak terikat prasangka-prasangkat sosial , historis, kultural, bahkan relijius.
8.      Yang terakhir yaitu bertanggung jawab atas hasil pikirannya yang bebas tadi.
D.    Beberapa gaya berfilsafat
Gaya berfilsafat dapat di mengerti dan dilakukan dalam banyak cara, beberapa gaya berfilsafat:
1.      Berfilsafat yang terkait erat dengan sastra, salah satu tokohnya M. Iqbal.
2.      Berfilsafat yang terkait dengan sosial politik, salah satu tokohnya Kalr Mark.
3.      Berfilsafat yang terkait erat dengan metodologi, tokohnya Descrates.
4.      Berfilsafat yang dikaitkan dengan analisis bahasa, tokohnya John Langshow Austin.
5.      Berfilsafat dengan dikaitkan menghidupkan kembali pemikiran orang-orang filsafat di masa lampau.
6.      Dan amasih banyak lagi gaya berfilsafat yang pada abad 20 dikaitkan dengan tingkah laku atau etika. Jadi, berfilasafat itu juga mengikuti perkembangan zaman.

E.     Prinsip-prinsip dalam berfilsafat
Berfilsafat selalu terkait dengan pengalaman umum manusia. Karena orang yang berfilsafat itu lebih baik mengalami sendiri cara berfilsafatnya. Filsafat menurut Aristoteles, dimulai dari suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aphoria, yakni problema yang sulit dicarikan jalan keluarnya. The Liang Gie 5 prinsip penting dalam berfilsafat agar calon filsuf itu mendapat hasil yang penuh dengan tujuannya.
Pertama, meniadakan kecongkakan maha tahu sendiri atau bisa disebut paling benar.
Kedua, harus setia kepada kebenaran agar dapat menimbulkan rasa kejujuran.
Ketiga, memahami persoalan-persuoalan yang terkait dengan filafaati serta memikirkan jawabnnya.
Keempat, berlatih intelektual dilakukan dengan cara bertahapdan diungkapkan dengan kata-kata atau tulisan.
Kelima, sikap yang terbuka dari suatu hal, karena filsafat itu memiliki ciri-ciri yang luas, dan menyeluruh.
Share: