Minggu, Desember 13

lanjutan tugas Filsafat Ilmu 2

BAB II
Selintas Tentang Filsafat Ilmu
A.    Pengantar
Francis Bacon dengan metode induksi (khusus ke umum), dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam bidang filsafat secara umum. Perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi ilmu mulai mengedepankan tatkala ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dalam hal ini ada semacam kekhawatiran di kalangan para ilmuwan dan filsuf. Termasuk juga kalangan aagamawan, bahwa kemajuan Iptek dapat mengancam eksintensi umat manusia. Bahkan alam beserta isinya. Maka kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi Iptek sesuai dengan tujuan semula.
B.     Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu
Semuaa ilmu harus mempunyai objek material, dan objek formal. Begitupun dengan filsafat ilmu. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu ilmu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Prasyarat aktivitas ilmiah seorang ilmuwan. Meliputi antara lain: pertama prosedur ilmiah, kedua metode ilmiah, ketiga diakui secara akademis, keempat kejujuran, kelima mempunyai rasa ingin tahu.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu ppengetahua, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan.
Landasan ontologis pengembangan ilmu artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang memiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua  mainstreem. Yaitu: materialisme, suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Yang kedua spiritualisme, pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh.
Landasan epistemologi, juga di bagi menjadi dua kelompok, yaitu siklus empirik untuk ilmu-ilmu kealaman, dan metode linier untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora. Cara kerja metode siklus empirik meliputi observasi, penerapan metode siklus empirik meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi (percobaan). Cara kerja metode linier, meliputi: persepsi, kemudian disusun, akhirnya dilakukan prediksi.
Aksiologis adalah ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
C.     Pengertian filsafat ilmu
Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihimpun oleh The Liang Gie, yaitu:
1.      Robert Ackermann: Filsafat Ilmu adalah sebuah tinjauan kritis untuk membandingkan dengan hal yang lain.
2.      Cornelius Benjamin: Filsaafat Ilmu merupakan cabang peengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu.
3.      May Brodbeck: Filsafa Ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati.
Cakupan yang dibahas di dalam filsafat ilmu, antara lain: (1) perbandingan kritis sejarah perkembangan ilmu, (2) sifat dasar ilmu pengetahuan, contohnya exsak yaitu pasti, dan sosial yaitu relatif, (3) metode ilmiah, (4) praanggapan-praanggapan ilmiah, (5) sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sejarah perkembangan ilmu memaparkan berbagai topik yang diperbincangkan yang sedang berkembang di seputar temuan-temuan ilmiah sesuai dengan periodesasi-periodesasi. Ilmu itu sangat relatif apa yang anda pelajari saat ini belum tentu benar pada masa yang akan datang karena mengalami pergeseran paradigma. Kuhn bahkan menegaskan terjadinya revolusi sains yang didukung oleh penemuan paradigma baru dalam bidang ilmu tertentu, sehingga mampu mengubah pola pikir masyarakat.
D.    Tujuan dan implikasi filsafat ilmu
1.      Tujuan filsafat ilmu
Pertama sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, usaha mereflesi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
2.      Implikasi Mempelajari Filsafat Ilmu
a.       Bagi seeseorang mempelajaari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yng memadai tentang ilmu, supaya para ilmuwan mmiliki landasan berpijak.

b.      Menyadarkan seoarang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar