Dalam filsafat ada aliran yang bernama positivisme, positivisme
berasal dari kata positive, di sini bukan berarti kebalikan dari negative.
Tetapi positive yang berarti diketahui, faktual dan menyampingkan segala hal di
luar fakta serta menolak metafisika. Posivisme adalah kealanjutan dari
empirisme. Positivisme membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan
dengan pengamatan. Aliran ini menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak metafisika. (Rizal Mutasyir dan
Misnal Munir, 2010). Jadi, semakin keterbelakang metafisika semakin ditiadakan
atau semakin empiris.
Positivisme hadir, berkembang dan tumbuh di Prancis dalam konteks
atau merespon atas terjadinya rovolusi Prancis abad 19. Dimana politik saat itu
Saling menggulingkan dimulai dari sistem monarki, demokrasi dll. Ilmuan saat
itu di anggap konservatif (kolod) dalam memahami sejarah masa lalu itu lebih
baik. Maksudnya, semua ilmuan saat itu ingin kembali ke masa lalu dan sikap
konservatif itulah yang menjangkiti kepala manusia pada zaman itu. Semangat mengembalikan
masa lalu bisa juga disebut orang yang anti rovolusi. Karena mereka menganggap
orang-orang yang ingin melakukan revolusi ialah ekspresi atau orang-orang yang
tidak memahami “hukum sosial”. Karena tokoh saat itu sangat terpengaruh sekali
dengan teori evolusinya Darwin. Salah satu tokohnya Claude Saint Simon. Dia
mempunyai seketaris sekaligus murid yang bernama August Comte.
August Comte inilah yang melopori aliran positivime, baginya
positivisme ialah cara pandang dalam memandang dunia berdasarkan saint. August
comte juga menganggap “hukum sosial” yang terjadi saat itu belum ada ilmunya.
Maka dari itu, August Comte melahirkan ilmu sosial atau fisika sosail yang
sekarang terkenal dengan Sosiologi. Dalam rangka menyelesaikan problem sosial
saat itu. Dengan cara saintifikasi, dengan menganggap objek ilmu alam diganti
dengan objek masayarakat dan metodenya menggunakan observasi.
August Comte juga terpengaruh oleh teorinya Darwin. Karena Agust
Comte juga mempercayai evolusi. Sebagai contoh
di dalam buku atau karyanya yang berjudul “Cause of Positife
Philosophy”. Karyanya ini terdiri dari
enam jilid dan di bagi dalam dua tema besar.
Pertama, The Law of Theree Stage (hukum tiga
tahap), menurutnya masyarakat (Eropa) berkembang secara linier (evolusi) dari
tahap satu ke tahap lainnya. Masyarakat (Eropa) akan mencari suatu tahap
perkembangan yang lebih baik sampai terbaik. Masyarakat (Eropa) tidak akan
tinggal di suatu tahap saja, masyarakat akan terus bergerak menuju tahap
puncak. Dalam hukum tiga tahap yaitu:
1.
Tahap
teologis.
Pada kebutuhan ini manusia membutuhkan jawaban yang absolut, maka
dari itu pada tahap ini manusia membutuhkan sandaran (tuhan) untuk memperoleh
jawabannya.
2.
Tahap
metafisika
Dalam tahap ini manusia mulai menggunakan rasio dalam mencapai
sesuatu yang diinginkannya. Tahapan ini juga sebagai tahap transisi dari
teologis menuju ke positivisme.
3.
Tahap
positivisme
Tahapan
ini sudah menggunakan penelitian-penelitian sehingga segala sesuatu dapat di
ilmiahkan. Jadi, manusia yang sudah mencapai tahapan ini akan mencari sesuatu
dengan pembuktian dari persoalan yang dihadapinya.
Kedua, The Law of Clasification of Science (hukum
klasifikasi ilmu sains), bagi August Comte ilmu juga dapat di kalsifikasikan.
Pendapatnya mengenai ini, yaitu datangnya ilmu matematika. Ilmu ini bersifat
pasti dan general. Semua ilmu pasti menggunakan matematika sebagai analisis
dengan metode observasi, dari astronomi, fisika, kimia dan biologi. Maka dari
itu August Comte juga membuat ilmu sosial (sosiologi) dengan menggunakan
analisis matematika dengan metode observasi. Jadi, menurutnya semua ilmu harus
diwujudkan dengan observasi dan matematika sebagai analisisnya.
August Comte juga berpendapat tahap perkembangan (pikiran) memiliki
relasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Seperti halnya perkembangan sains
memiliki hubungan dengan encyclopedic (tatanan yang berurutan). Di sini juga cukup
jelas kalau August Comte juga terpengaruh oleh teori evolusinya Darwin. Dengan
adanya tahapan-tahapan yang ada di karya besarnya sampai terdiri enam jilid
tersebut.
Pada tahap-tahapan yang sudah dipaparkan di atas, August Comte
menganggap bersifat universal atau nisbi. Maksudnya keniscayaan terhadap semua
manusia di dunia ini. Jadi August Comte menganggap semua manusia akan mengalami
sejarah seperti halnya masyarakat (Eropa) yang dia teliti. Maka manusia akan
mengkiblat pada masyarakat (Eropa) yang sudah mengalami tahapan atau ideologi
positivstik terlebih dahulu. Padahal di seluruh dunia sejarahnya tidak sama
seperti halnya masyarakat (Eropa) yang diteliti August Comte.
*Hasil dari pelatihan epistemologi pada tanggal 24 April 16
ion titanium hair color - Titanium Arts
BalasHapusThis is the color that the designers created on apple watch series 6 titanium the Tamiya website. I use an A10/A10A10A10A10T. I used titanium wedding ring a titanium frames 15 cm high-performance dyeing process to titanium meaning achieve titanium anodizing a
ik328 hugo boss canada,fjällräven deutschland,camperschuhe,guessfrancesac,buty jack wolfskin,camper uk shop,guess köpa sverige,blundstone herren,cotopaxibelgium bi976
BalasHapus