Jumat, Juni 17

Positivisme

Dalam filsafat ada aliran yang bernama positivisme, positivisme berasal dari kata positive, di sini bukan berarti kebalikan dari negative. Tetapi positive yang berarti diketahui, faktual dan menyampingkan segala hal di luar fakta serta menolak metafisika. Posivisme adalah kealanjutan dari empirisme. Positivisme membatasi pikiran pada segala hal yang dapat dibuktikan dengan pengamatan. Aliran ini menyatakan bahwa ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak metafisika. (Rizal Mutasyir dan Misnal Munir, 2010). Jadi, semakin keterbelakang metafisika semakin ditiadakan atau semakin empiris.
Positivisme hadir, berkembang dan tumbuh di Prancis dalam konteks atau merespon atas terjadinya rovolusi Prancis abad 19. Dimana politik saat itu Saling menggulingkan dimulai dari sistem monarki, demokrasi dll. Ilmuan saat itu di anggap konservatif (kolod) dalam memahami sejarah masa lalu itu lebih baik. Maksudnya, semua ilmuan saat itu ingin kembali ke masa lalu dan sikap konservatif itulah yang menjangkiti kepala manusia pada zaman itu. Semangat mengembalikan masa lalu bisa juga disebut orang yang anti rovolusi. Karena mereka menganggap orang-orang yang ingin melakukan revolusi ialah ekspresi atau orang-orang yang tidak memahami “hukum sosial”. Karena tokoh saat itu sangat terpengaruh sekali dengan teori evolusinya Darwin. Salah satu tokohnya Claude Saint Simon. Dia mempunyai seketaris sekaligus murid yang bernama August Comte.
August Comte inilah yang melopori aliran positivime, baginya positivisme ialah cara pandang dalam memandang dunia berdasarkan saint. August comte juga menganggap “hukum sosial” yang terjadi saat itu belum ada ilmunya. Maka dari itu, August Comte melahirkan ilmu sosial atau fisika sosail yang sekarang terkenal dengan Sosiologi. Dalam rangka menyelesaikan problem sosial saat itu. Dengan cara saintifikasi, dengan menganggap objek ilmu alam diganti dengan objek masayarakat dan metodenya menggunakan observasi.
August Comte juga terpengaruh oleh teorinya Darwin. Karena Agust Comte juga mempercayai evolusi. Sebagai contoh  di dalam buku atau karyanya yang berjudul “Cause of Positife Philosophy”.  Karyanya ini terdiri dari enam jilid dan di bagi dalam dua tema besar.
Pertama, The Law of Theree Stage (hukum tiga tahap), menurutnya masyarakat (Eropa) berkembang secara linier (evolusi) dari tahap satu ke tahap lainnya. Masyarakat (Eropa) akan mencari suatu tahap perkembangan yang lebih baik sampai terbaik. Masyarakat (Eropa) tidak akan tinggal di suatu tahap saja, masyarakat akan terus bergerak menuju tahap puncak. Dalam hukum tiga tahap yaitu:
1.    Tahap teologis.
Pada kebutuhan ini manusia membutuhkan jawaban yang absolut, maka dari itu pada tahap ini manusia membutuhkan sandaran (tuhan) untuk memperoleh jawabannya.
2.    Tahap metafisika
Dalam tahap ini manusia mulai menggunakan rasio dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya. Tahapan ini juga sebagai tahap transisi dari teologis menuju ke positivisme.
3.    Tahap positivisme
Tahapan ini sudah menggunakan penelitian-penelitian sehingga segala sesuatu dapat di ilmiahkan. Jadi, manusia yang sudah mencapai tahapan ini akan mencari sesuatu dengan pembuktian dari persoalan yang dihadapinya.
Kedua,  The Law of Clasification of Science (hukum klasifikasi ilmu sains), bagi August Comte ilmu juga dapat di kalsifikasikan. Pendapatnya mengenai ini, yaitu datangnya ilmu matematika. Ilmu ini bersifat pasti dan general. Semua ilmu pasti menggunakan matematika sebagai analisis dengan metode observasi, dari astronomi, fisika, kimia dan biologi. Maka dari itu August Comte juga membuat ilmu sosial (sosiologi) dengan menggunakan analisis matematika dengan metode observasi. Jadi, menurutnya semua ilmu harus diwujudkan dengan observasi dan matematika sebagai analisisnya.
August Comte juga berpendapat tahap perkembangan (pikiran) memiliki relasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Seperti halnya perkembangan sains memiliki hubungan dengan encyclopedic (tatanan yang berurutan). Di sini juga cukup jelas kalau August Comte juga terpengaruh oleh teori evolusinya Darwin. Dengan adanya tahapan-tahapan yang ada di karya besarnya sampai terdiri enam jilid tersebut.
Pada tahap-tahapan yang sudah dipaparkan di atas, August Comte menganggap bersifat universal atau nisbi. Maksudnya keniscayaan terhadap semua manusia di dunia ini. Jadi August Comte menganggap semua manusia akan mengalami sejarah seperti halnya masyarakat (Eropa) yang dia teliti. Maka manusia akan mengkiblat pada masyarakat (Eropa) yang sudah mengalami tahapan atau ideologi positivstik terlebih dahulu. Padahal di seluruh dunia sejarahnya tidak sama seperti halnya masyarakat (Eropa) yang diteliti August Comte.

*Hasil dari pelatihan epistemologi pada tanggal 24 April 16
Share:

2 komentar: