Sabtu, April 1

Karancuan kata

aku tahu belum tentu aku sadar, aku sadar pastilah aku tahu
Perkuliahan praktikum spiritual yang ada pada semester empat ini menumbuhkan rasa intelektual dalam ranah kehidupanku. Penjelasan yang sangat rinci, jelas, padat, serta pemilihan kata yang logis, diksi yang tepat dan terus bisa diingat dalam diri ku. Mungkin ini juga di picu dari seorang dosennya yang saya kira benar-benar berkompetan pada mata kuliah ini.

Pada pertemuan pertama mata kuliah ini membahas mengenai diksi “tahu dan sadar. Kalau tidak jeli dalam pengertian ini, kebanyakan orang  menganggapnya sama. Padahal diksi ini sangatlah berbeda dalam sebuah pemaknaan. apalagi kalau diksi ini sudah masuk dalam sebuah kalimat pasti dapat mempengaruhi sebuah pengertian dari kalimat tersebut.
Tahu dan sadar, sebenarnya saya juga belum tahu mengenai dua pengertian diksi ini. Tapi ketika mata kuliah ini dimulai. Aku menjadi tahu dan sekaligus sadar, untuk menempatkan diksi-diksi ini pada sebuah kalimat yang akan ku rangkai dalam segi teks maupun bahasa verbal di kehidupanku.
Tahu disini diibaratkan seseorang anak-anak yang banyak tanya atau banyak ingin mengetahui sesuatu hal. tentang apa itu, dimana ini, untuk apa ini, bagaimana cara memakainya dan lain-lain. Memang anak-anak pada fase perkembangan menuju remaja akan banyak ingin tahu mengenai sesuatu hal. Namun itu belum tentu mereka sadar dengan apa yang diketahuinya.
Dalam teorinya piaget usia pada anak terbagi menjadi dua fase. Pertama, fase anak awal sekitar umur dua sampai enam tahun dan fase kedua, yaitu pada umur enam sampai bisa dikatakan matang secara hormonal atau seksualitasnya (laki-laki sekitar dua belas dan prempuan sekitar sebelas tahun) (Desmita, 2008). terkadang banyak sekali anak-anak ingin merasa banyak tahu. Akan tetapi, belum tentu seorang anak tahu atas esensi dan subtansi dari apa yang diketahui si anak tersebut.
Sadar disini bisa diartikan ketika seseorang yang sadar dia akan melakukan sesuatu itu dengan benar. Sebagai contohnya, ada seseorang yang sadar bahwa makanan ini hasil dari curian, selayaknya dia tidak memakannya. Jadi ketika orang itu tahu dia belum tentu sadar tapi ketika dia sadar pastilah dia tahu mengenai  sesuatu yang disadarinya tadi.
Biasanya orang sadar ketika dia sudah beranjak remaja. Karena ketika remaja mereka sudah mengerti baik buruk dengan apa yang mereka lakukan. Untuk umur, para ahli psikologi sudah menenentukannya yaitu sekitar dua belas tahun sampai dua puluh satu tahun. Di fase remaja ini terbagi menjadi tiga fase pekembangan, biasanya dipakai oleh para ahli yaitu fase remaja awal sekitar dua belas tahun sampai lima belas, fase remaja  pertengahan pada umur lima belas sampai delapan belas dan fase remaja akhir yaitu sekitar delapan belas sampai dua puluh satu (Desmita, 2008).
Maka dari itu, bisa dikatan dengan jelas seseorang yang tahu belum pasti sadar dan orang yang sadar pastilah dia tahu dengan apa yang dilakukannya. Seperti seorang anak dan remaja yang dicontohkan tadi. Seharusnya penempatan kedua diksi ini harus diperhatikan dalam sebuah tulisan maupun verbal dalam berbicara nantinya, agar tidak terdapat kesalahan pemaknaan ataupun kerancuan kalimat. Begitu pun dengan kehidupanku yang semakin hari semakin memanjang umurnya.
Selain itu....
Ada sebuah diksi lain yang memang harus diperhatikan yaitu ada dan nyata. Dua kata ini sangat berbeda jauh dalam segi pemaknaannya. Apalagi di jadikan di dalam sebuah kalimat. Karena kedua diksi ini sangat mempengaruhi dalam segi nalar berpikir seseoraang.
Ada, sebuah diksi yang patut diragukan. Karena, ada belum pasti itu nyata. Seperti contohnya, semua pasti ada dalam kehidupan ini. tidak ada, yang tidak ada dikehidupan ini. Apapun yang dipikirkan manusia itu pasti ada apapun itu. Konsep tentang kuda mempunyai sayap, gajah bisa terbang, semua ini ada walaupun hanya di imajinasi manusia, Tetapi Beda lagi dengan nyata.
Nyata adalah sesuatu hal yang dapat direalisasikan dalam kehidupan, bisa dinyatakan dalam diri manusia. Seperti halnya kuda mempunyai kaki empat, kucing mempunyai ekor, ada yang panjang, ada pula yang pendek. Disini semua nyata dalam kehidupan manusia. Jadi, ada itu belum pasti nyata, sedangkan nyata itu pasti ada. Maka dari itu, ada itu lebih kompleks daripada yang nyata. Perbedaan diksi yang seperti ini juga perlu diperhatikan seperti halnya sadar dan tahu. Sekali lagi, agar tidak ada kerancuan dalam sebuah kalimat.

Begitu juga dengan spiritualitas di dalam kehidupan manusia, kalau dari tutur kalimat saja sudah terdapat kerancuan, apalagi dengan ucapan kalimat yang di lafalkan untuk menyembah-Nya. Maka dari itu tata dahulu kalimat dalam tutur kata keseharian, agar dapat terbiasa dengan tutur kata maupun kalimat ketika menghadap kepada-Nya.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar