“aku
tahu belum tentu aku sadar, aku sadar pastilah aku tahu”
Perkuliahan praktikum spiritual yang ada pada semester empat ini
menumbuhkan rasa intelektual dalam ranah kehidupanku. Penjelasan yang sangat rinci,
jelas, padat, serta pemilihan kata yang logis, diksi yang tepat dan terus bisa
diingat dalam diri ku. Mungkin ini juga di picu dari
seorang dosennya yang saya kira benar-benar berkompetan pada mata
kuliah ini.
Pada pertemuan pertama mata kuliah ini membahas mengenai diksi “tahu” dan “sadar”. Kalau tidak jeli dalam pengertian ini, kebanyakan orang menganggapnya sama. Padahal diksi ini
sangatlah berbeda dalam sebuah pemaknaan. apalagi kalau diksi ini sudah masuk dalam sebuah kalimat pasti dapat mempengaruhi sebuah pengertian dari kalimat tersebut.
Tahu dan sadar, sebenarnya saya juga belum tahu
mengenai dua pengertian diksi ini. Tapi ketika mata kuliah ini dimulai. Aku
menjadi tahu dan sekaligus sadar, untuk menempatkan diksi-diksi ini
pada sebuah kalimat yang akan ku rangkai dalam segi teks maupun bahasa verbal
di kehidupanku.
“Tahu”
disini diibaratkan seseorang anak-anak yang banyak tanya atau banyak ingin
mengetahui sesuatu hal. tentang apa itu, dimana ini, untuk apa ini, bagaimana cara memakainya
dan lain-lain.
Memang anak-anak pada fase perkembangan menuju remaja akan banyak ingin tahu
mengenai sesuatu hal. Namun itu belum tentu mereka sadar dengan apa yang
diketahuinya.
Dalam teorinya piaget usia pada anak terbagi menjadi dua fase. Pertama,
fase anak awal sekitar umur dua sampai enam tahun dan fase kedua,
yaitu pada umur enam sampai bisa dikatakan matang secara hormonal
atau seksualitasnya (laki-laki sekitar dua belas dan prempuan sekitar sebelas
tahun) (Desmita, 2008). terkadang banyak sekali anak-anak ingin merasa banyak tahu. Akan tetapi,
belum tentu seorang anak tahu atas esensi dan subtansi dari apa yang diketahui si anak
tersebut.
“Sadar”
disini bisa diartikan ketika seseorang yang sadar dia akan melakukan sesuatu
itu dengan benar. Sebagai contohnya, ada seseorang
yang sadar bahwa makanan ini hasil dari curian, selayaknya dia
tidak memakannya. Jadi ketika orang itu tahu dia belum tentu sadar tapi ketika
dia sadar pastilah dia tahu mengenai
sesuatu yang disadarinya tadi.
Biasanya orang sadar ketika dia sudah beranjak remaja. Karena ketika
remaja mereka sudah mengerti baik buruk dengan apa yang mereka lakukan. Untuk
umur,
para ahli psikologi sudah menenentukannya yaitu sekitar dua belas tahun sampai
dua puluh satu tahun. Di fase remaja ini terbagi menjadi tiga fase pekembangan,
biasanya dipakai oleh para ahli yaitu fase remaja awal sekitar dua belas tahun
sampai lima belas, fase remaja pertengahan pada umur lima belas sampai
delapan belas dan fase remaja akhir yaitu sekitar delapan belas sampai dua
puluh satu (Desmita, 2008).
Maka dari itu, bisa dikatan dengan jelas seseorang yang tahu belum
pasti sadar dan orang yang sadar pastilah dia tahu dengan apa yang
dilakukannya. Seperti seorang
anak dan remaja yang dicontohkan tadi. Seharusnya
penempatan kedua diksi ini harus diperhatikan dalam sebuah tulisan maupun
verbal dalam berbicara nantinya, agar tidak terdapat kesalahan pemaknaan ataupun
kerancuan kalimat. Begitu pun dengan kehidupanku yang semakin
hari semakin memanjang umurnya.
Selain
itu....
Ada sebuah diksi lain yang memang harus diperhatikan yaitu “ada” dan
“nyata”.
Dua kata ini sangat berbeda jauh dalam segi pemaknaannya. Apalagi di jadikan di
dalam sebuah kalimat. Karena kedua diksi ini sangat mempengaruhi dalam segi
nalar berpikir seseoraang.
Ada,
sebuah diksi yang patut diragukan. Karena, ada belum pasti itu nyata. Seperti
contohnya, semua pasti ada dalam kehidupan ini. tidak ada,
yang tidak ada dikehidupan ini. Apapun yang dipikirkan manusia itu pasti ada apapun
itu. Konsep tentang kuda mempunyai sayap, gajah bisa terbang, semua ini ada
walaupun hanya di imajinasi manusia, Tetapi Beda lagi dengan nyata.
Nyata adalah sesuatu hal yang dapat direalisasikan dalam kehidupan, bisa
dinyatakan dalam diri manusia. Seperti halnya kuda mempunyai kaki empat, kucing
mempunyai ekor, ada yang panjang, ada pula yang pendek. Disini semua
nyata dalam kehidupan manusia. Jadi, ada itu belum pasti nyata, sedangkan nyata
itu pasti ada. Maka dari itu, ada itu lebih kompleks daripada yang nyata. Perbedaan diksi yang
seperti ini juga perlu diperhatikan seperti halnya sadar dan tahu. Sekali lagi,
agar tidak ada kerancuan dalam sebuah kalimat.
Begitu juga dengan spiritualitas di dalam kehidupan manusia, kalau
dari tutur kalimat saja sudah terdapat kerancuan, apalagi dengan ucapan kalimat
yang di lafalkan untuk menyembah-Nya. Maka dari itu tata dahulu kalimat dalam
tutur kata keseharian, agar dapat terbiasa dengan tutur kata maupun kalimat ketika
menghadap kepada-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar